Pengunjung

Contact Us
home Jl. Merpati Selatan No. 8 Malang 65147
phone +62 812 806 8901
email rumpun@indo.net.id

Donation to :

Ruang Mitra Perempuan

Bank Mandiri Wahid Hasyim Malang Indonesia

Account Number : 144 -000-551 3020

Swift Code : BMRI IDJA

Fauziah Rohmah, biasa disapa Yaya, remaja berusia 17 tahun ini tengah menempuh tahun terakhir sekolahnya di SMK Teknik dan Bisnis Otomotif di Singosari Kabupaten Malang. Keempat dari lima bersaudara ini hidup dalam lingkungan keluarga yang sederhana. Ayahnya seorang buruh tani dan kadang tukang bangunan, sedangkan ibunya mengelola rumah tangga.  Abang tertuanya telah menggeluti agama di pesantren dan mulai mengabdikan ilmunya dalam masyarakat. Kedua abang lainnya telah bekerja. Ketiganya tidak mengenyam pendidikan formal yang cukup sebagaimana Yaya. Adik perempuannya sebentar lagi lulus SMP dan berencana melanjutkan ke pondok pesantren.

Yaya, salah satu remaja yang gundah dengan kondisinya, terutama pada perempuan. Dia melihat di Langlang, desanya, beberapa remaja perempuan harus kawin dini karena kehamilan. Mereka masih berusia 14 atau 15 tahunan dan baru menginjak SMP. Sebagian lainnya juga terjerat pergaulan berisiko seperti narkoba dan minuman keras. Yaya sendiri merasa harus pandai bergaul sekaligus memilah teman. Tidak hanya untuk menghindari pertemanan berisiko, namun sebagiannya juga terasa terlalu santai, kurang memikirkan masa depan, dan bahkan ada yang memandang rendah karena status ekonomi keluarganya.

Yaya, merasa kegiatan positif remaja terutama perempuan masih sangat terbatas di desanya. Biasanya hanya gotong royong membersihkan lingkungan atau saat ada kegiatan-kegiatan desa seperti peringatan Kemerdekaan. Tidak ada kegiatan berbasis agama yang diikuti remaja, tidak ada organisasi remaja kecuali Karang Taruna yang disokong pemerintah desa dengan peran terbatas. Rendahnya dukungan lingkungan, terabaikannya hak-hak pengasuhan remaja menajdikan mereka terjerumus pada pergaulan berisiko. Ditambah dengan gaya hidup yang terlalu santai, Yaya menilai, kondisi inilah yang menghambat majunya remaja perempuan.

Dia merasa beruntung terlibat dalam Kelompok Puan Mandiri (KPM) di desanya yang difasilitasi RUMPUN di program “Penguatan Kepemimpinan Perempuan Muda untuk Pencegahan Perakwinan Dini” yang didukung Kedutaan Irladia untuk Indonesia di Jakarta. Pelatihan Penguatan Organisasi dan Kepemimpinan Perempuan Muda yang diikutinya memperkuat pengetahuan dari beberapa pelatihan serupa yang diterima di sekolahnya. Jiwa kepemimpinannya cukup menonjol ditandai dengan gesitnya dia membagi pengetahuan hasil pelatihannya pada 20 kawan lainnya lewat group media sosial dan guru sekolah serta kedua orangtuanya, terutama adik perempuannya.

Pandangan Yaya tentang pentingnya perempuan muda memiliki wawasan untuk masa depan, maju dan mandiri sebagaimana laki-laki sangat kuat. Awalnya dia menilai, dalam keluarganya, dirinya cukup terdiskriminasi sebagai perempuan yang tidak perlu berpendidikan terlalu tinggi. Namun bersama salah satunya abangnya yang dia nilai sangat sabar, mereka pelan-pelan mampu meyakinkan orangtua bahwa perempuan memiliki hak yang sama untuk berkembang dan maju. “Patriarkhi menciptakan beban yang lebih berat pada perempuan”, ujarnya terkait dengan pengalamannya tersebut.

Yaya memandang bahwa perempuan remaja idealnya harus memahami dan menerapkan nilai-nilai agama yang menekankan pentingnya pendidikan agar kehidupan masa depannya menjadi lebih baik. Yaya yang hampir menyelesaikan SMKnya berencana melanjutkan pendidikannya di Universitas Terbuka jurusan Psikologi agar mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat terutama perempuan muda. Dia baru akan berencana menikah di usia cukup matang pun saat ekonominya cukup mapan. “Saya bersekolah, maka saya bisa melakukan pencerahan kepada kedua orangtua – Saya sekolah, merekapun juga”.

Malang, 8 Oktober 2023