Pengunjung

Contact Us
home Jl. Merpati Selatan No. 8 Malang 65147
phone +62 812 806 8901
email rumpun@indo.net.id

Donation to :

Ruang Mitra Perempuan

Bank Mandiri Wahid Hasyim Malang Indonesia

Account Number : 144 -000-551 3020

Swift Code : BMRI IDJA

Judul di atas merupakan inti dari perbincangan RUMPUN dengan Izah Syafa Nurwidayati atau Izah, perempuan muda dari desa Purwoasri kecamatan Singosari kabupaten Malang yang secara demokratis terpilih menjadi ketua Kelompok Puan Muda (KPM) – suatu organisasi remaja wadah belajar dan berkembang degan dampingan RUMPUN.

Izah tumbuh dalam keluarga yang berpandangan terbuka. Ayahnya seorang staf kantor kecamatan Singosari dan ibunya guru Taman Kanak-Kanak, memberinya keleluasaan untuk mengembangkan diri dan terlibat dalam beragam organisasi. Masa SMA menjadi salah satu pengurus OSIS dan pernah pula tergabung sebagai relawan dalam organisasi ‘Malang Cerdas’. Organisasi ini memberikan pengalaman yang tak terlupakan saat dia mendapat tugas moderator dan wawancara dengan narasumber di hadapan sekitar 4000 peserta dalam acara ‘Malang Education Summit. Pengalaman ini menguatkan pandangannya bahwa perempuan memiliki potensi dan bisa berbuat banyak sesuai dengan kapasitasnya bila diberikan peluang dan kepercayaan.

Saat ini Izah berada di semester awal FISIP Universitas Brawijaya Malang. Dia memilih fakultas ini dengan penuh kesadaran, bahwa kebijakan publik bisa sangat mempengaruhi kondisi dan posisi masyarakat, termasuk perempuan dan perempuan muda. Berorganisasi untuk melakukan perubahan dan memilih jurusan yang sesuai inilah langkah sistematis yang dia rencanakan dan implementasikan. Di desanya pun Izah aktif terlibat dalam organisasi pemuda – Karang Taruna.

Izah memandang bahwa perempuan muda di desa masih sering terbelenggu paradigma lama, memandang tidak penting pendidikan tinggi, sebaiknya segera bekerja, dan kawin muda. Perubahan paradigma karena belenggu tradisi ini juga lamban karena hampir tidak adanya role model atau teladan bagi perempuan muda. Perempuan dalam banyak kasus juga berpotensi menjadi korban kekerasan.

Di sisi lain, proses pembangunan oleh pemerintah desa seringkali hanya terfokus pada sektor infrastruktur fisik dan belum menekankan pada penguatan kapasitas warga sebagai sumberdaya manusia. Apalagi bila hal itu terkait kepentingan perempuan dan perempuan muda. Ia menilai, organisasi pemuda di desa semacam Karang Taruna harus terus belajar sesuai konteks kebutuhan remaja dan perkembangan jaman. Misalnya pengaruh negative dari media sosial yang harus diantisipasi.

 

Remaja potensial yang lahir di Malang pada Februari 2006 ini menaruh harapan bahwa KPM harus menjadi wadah belajar dan berubah. Dalam pidato awal keterpilihannya sebagai ketua dia menyelipkan pesan, dalam mengelola KMP tidak ada kelompok-kelompok gang, bergosip dan hal negative lainnya. Bahkan sebaliknya, KMP harus menjadi ajang belajar dan beraktiftas positif bagi semua. Misalnya lewat kegiatan seni, membangun jiwa kewira-usahan sejak dini, dan diskusi kritis lainnya. Anggota KPM harus memiliki pikiran yang terbuka agar bisa memberikan dampak positif bagi remaja perempuan lainnya bahkan kepada masyarakat secara lebih luas.

 ‘Percayalah perempuan bisa melakukan apa saja. Perempuan itu berharga dan tanpanya dunia tidak akan lengkap”. Pungkasnya